Pada beberapa waktu lalu, Gibran, seorang pemuda yang peduli terhadap dunia pendidikan di Indonesia, mengirimkan surat terbuka kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Dalam surat tersebut, Gibran menyampaikan sejumlah pandangannya mengenai program Merdeka Belajar yang tengah dijalankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Surat ini bertujuan untuk mengungkapkan harapan dan kritik konstruktif yang diharapkan dapat membawa perubahan dalam sistem pendidikan Indonesia.
Namun, yang mengejutkan adalah bahwa surat tersebut tidak pernah mendapatkan balasan dari Nadiem Makarim. Meskipun Gibran berharap bahwa suratnya akan menjadi titik awal dialog yang membangun antara masyarakat dan pemerintah, kenyataannya ia hanya menerima keheningan.
Merdeka Belajar dan Harapan Gibran
Program Merdeka Belajar yang di gagas oleh Nadiem Makarim memiliki tujuan mulia untuk memberikan kebebasan kepada siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Konsep ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada ujian dan mengutamakan pengembangan kreativitas serta minat siswa. Namun, banyak pihak, termasuk Gibran, merasa ada aspek yang belum sepenuhnya di jalankan dengan optimal.
Dalam suratnya, Gibran Bersurat ke Nadiem menyampaikan beberapa hal yang menurutnya perlu di perbaiki atau di tingkatkan dalam pelaksanaan Merdeka Belajar. Salah satunya adalah tantangan terkait kesiapan infrastruktur dan pelatihan guru yang memadai untuk mendukung penerapan kebijakan ini. Gibran berharap agar ada lebih banyak dialog terbuka antara pemerintah dan masyarakat untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas program tersebut.
Keheningan yang Menyertai
Walaupun surat Gibran Bersurat ke Nadiem berisi masukan yang konstruktif, tidak ada balasan yang datang dari Menteri Nadiem Makarim atau Kemdikbud. Hal ini menimbulkan kekecewaan di pihak Gibran dan sebagian besar masyarakat yang menginginkan keterlibatan aktif pemerintah dalam mendengarkan suara rakyat.
Namun, di sisi lain, tidak adanya balasan ini juga mengundang berbagai interpretasi. Beberapa orang beranggapan bahwa tidak semua surat atau masukan bisa langsung di balas, sementara yang lain merasa bahwa ketidakpedulian pemerintah terhadap kritik yang membangun adalah tanda kurangnya transparansi dan komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Harapan untuk Masa Depan
Walaupun suratnya tidak di balas, Gibran tetap berharap bahwa suara-suara seperti miliknya akan terus di dengar dan di hargai. Program Merdeka Belajar seharusnya bukan hanya sekadar kebijakan yang di ambil oleh pemerintah, tetapi juga merupakan hasil dari kolaborasi antara semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, mulai dari guru, siswa, hingga orang tua dan masyarakat.
Gibran juga berharap agar pemerintah lebih terbuka terhadap kritik dan saran dari masyarakat.
Tanpa adanya komunikasi yang baik, program besar seperti Merdeka Belajar bisa menjadi sia-sia karena
kurangnya pemahaman dan partisipasi dari pihak-pihak terkait.
Baca juga artikel lain di scooterrepairinlasvegasnv.com